Kabar beredar di kalangan wartawan PDIP meminta mahar Rp 10 triliun ke Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar mantan Bupati Belitung Timur itu bisa diusung dan didukung partai berlambang Banteng Moncong Putih.
“Jadi ternyata minta mahar? 10 Trilyun? DP 3 Trilyun harus malam ini juga? Duh Gusti… Itu duit apa kreweng…Woiii… KPK Mana? KPK Mana?” kata wartawan senior Hanibal Wijayanta di akun Facebook-nya, Selasa (20/9).
Habibal menulis status di Facebook itu menjelang deklarasi PDIP mengusung dan mendukung Ahok jam 18.50 WIB. Akun Facebook Bambang Indra Utoyo pun mempertanyakan kebenaran adanya mahar senilai Rp 10 triliun ke Hanibal.
“Bener apa ini isu, minta mahar? Dan gede amat?,” tanya Bambang Indra Utoyo. Hanibal pun menjawab berita mahar Ahok ke PDIP itu sumbernya dari seorang menteri. “Yang cerita ke kami seorang Menteri Mas…,” ungkap Hanibal. Selain itu, ia mengatakan, mahar Rp 10 triliun itu tersirat dalam 10 syarat PDIP yang di sebut “Dasa Prasetya”.
Mantan wartawan Metro TV Muchlis A Rofik mempertanyakan validitas informasi yang dikemukan Hanibal Wijayanta itu. “Kalo gak salah tugas wartawan menggali fakta, gak mudah percaya omongan politisi. kalo dapet info ada mahar triliunan, ya cek sumber2 terkait.
sebelum ada fakta yg kuat, wartawan gak berani cuap2.. begitu saya dulu
belajar jadi wartawan. kalo senior nya dah kayak gini, sedih kita..,”
ungkapnya. Hanibal Wijayanta memberikan penjelasan bahwa informasi itu
berasal dari orang yang menngkoordinasi mahar.
“Yang ngomong yang mengkoordinir pengumpulan sumbangan ki piye cak… kami udah konfirmasi ke Hasto maupun ahok juga… bantah bantah sudah pasti,” ungkapnya. Sedangkan wartawan Majalah Tempo Niniel Wda mengatakan, ada yang memanfaatkan PDIP mengusung dan mendukung Ahok untuk mengumpulkan uang demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
“Saya memilih mengajak teman-teman melihatnya jauh sebelum urusan pendaftaran ini muncul. Sejak awal, PDIP sudah ingin mengajukan Ahok Jarot. Ahoknya yang ngeyel minta maju independen.dan frontal bermusuhan pernyataan dengan PDIP.
Sampai akhirnya masuk Nasdem, Hanura, juga aneh melihat Partai Golkar dan kawan-klawan mas Bambang Indra Utoyo tiba-tiba seperti diburu deadline.. ngotot mencalonkan Ahok. Plus menjadikan Nusron menjadi Ketua Tim pemenangan.
Coba agak kritis deh, siapa politikus Golkar pemasok pasir di Proyek Reklamasi, Siapa pemegang proyek ERP, dan lain-lain,. yang bisa ditelusuri. Duit memang tak mengalir ke kandidat dan saya menyakini itu.
Tapi pemain-pemain di tikungan yang sejak awal menjauhkan Ahok untuk maju dengan Djarot dari PDIP itulah yang menarik. Politik, sekali lagi hanya sebuah permainan, bukan etika berdemokrasi,” pungkasnya. (sn)
NUSANEWS.com
“Yang ngomong yang mengkoordinir pengumpulan sumbangan ki piye cak… kami udah konfirmasi ke Hasto maupun ahok juga… bantah bantah sudah pasti,” ungkapnya. Sedangkan wartawan Majalah Tempo Niniel Wda mengatakan, ada yang memanfaatkan PDIP mengusung dan mendukung Ahok untuk mengumpulkan uang demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
“Saya memilih mengajak teman-teman melihatnya jauh sebelum urusan pendaftaran ini muncul. Sejak awal, PDIP sudah ingin mengajukan Ahok Jarot. Ahoknya yang ngeyel minta maju independen.dan frontal bermusuhan pernyataan dengan PDIP.
Sampai akhirnya masuk Nasdem, Hanura, juga aneh melihat Partai Golkar dan kawan-klawan mas Bambang Indra Utoyo tiba-tiba seperti diburu deadline.. ngotot mencalonkan Ahok. Plus menjadikan Nusron menjadi Ketua Tim pemenangan.
Coba agak kritis deh, siapa politikus Golkar pemasok pasir di Proyek Reklamasi, Siapa pemegang proyek ERP, dan lain-lain,. yang bisa ditelusuri. Duit memang tak mengalir ke kandidat dan saya menyakini itu.
Tapi pemain-pemain di tikungan yang sejak awal menjauhkan Ahok untuk maju dengan Djarot dari PDIP itulah yang menarik. Politik, sekali lagi hanya sebuah permainan, bukan etika berdemokrasi,” pungkasnya. (sn)
ConversionConversion EmoticonEmoticon